Profil Desa Mangunjayan
Ketahui informasi secara rinci Desa Mangunjayan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Mangunjayan, Butuh, Purworejo. Mengupas mendalam potensi sebagai lumbung pangan utama, dinamika desa di bantaran Sungai Jali, geliat UMKM, serta kehidupan sosial budaya masyarakat agraris di perbatasan barat Purworejo.
-
Lumbung Pangan Berbasis Irigasi
Merupakan salah satu desa agraris inti di Kecamatan Butuh dengan lahan sawah irigasi teknis yang sangat luas, menjadi penopang utama ketahanan pangan lokal.
-
Kehidupan di Tepi Aliran Sungai
Lokasinya yang dibelah dan dibatasi oleh Sungai Jali memberikan karakter hidrologis yang unik, menjadi sumber irigasi vital sekaligus membawa potensi tantangan kebencanaan.
-
Komunitas Tradisional yang Guyub
Masyarakatnya memegang teguh nilai-nilai kebersamaan (guyub rukun) dan tradisi agraris, yang tecermin dalam aktivitas sosial dan budaya sehari-hari.
Desa Mangunjayan, sebuah wilayah administrasi yang subur di Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo, merupakan representasi otentik dari kehidupan perdesaan agraris di Jawa Tengah. Terletak strategis di tepi aliran Sungai Jali yang menjadi urat nadi bagi kesuburan tanahnya, desa ini telah lama dikenal sebagai salah satu lumbung pangan andalan di bagian barat Kabupaten Purworejo. Kehidupan masyarakatnya berjalan selaras dengan ritme alam dan siklus pertanian, di mana nilai-nilai tradisi dan semangat kebersamaan menjadi fondasi utama dalam dinamika sosial. Profil ini akan mengulas secara komprehensif berbagai aspek yang membentuk identitas Desa Mangunjayan, dari kondisi geografis, demografi, tata kelola pemerintahan, hingga denyut ekonomi dan sosial budaya warganya.
Kondisi Geografis dan Demografi
Secara geografis, Desa Mangunjayan menempati kawasan dataran rendah yang subur di bagian barat Kecamatan Butuh. Karakteristik utamanya ialah keberadaan Sungai Jali yang membelah dan menjadi batas wilayah desa, memberikan keuntungan sekaligus tantangan hidrologis. Berdasarkan analisis peta wilayah, batas-batas administratif Desa Mangunjayan meliputi: di sebelah utara berbatasan dengan Desa Sruwohrejo, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Lubang Kidul dan Lubang Indangan, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Dlangu dan di sebelah barat, dipisahkan oleh Sungai Jali, berbatasan dengan wilayah Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen.Menurut data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Purworejo dalam publikasi "Kecamatan Butuh dalam Angka", luas wilayah Desa Mangunjayan tercatat 2,73 kilometer persegi atau 273 hektare. Angka ini menempatkannya sebagai salah satu desa terluas di Kecamatan Butuh. Mayoritas mutlak dari lahan tersebut merupakan sawah dengan sistem irigasi teknis yang sumber air utamanya berasal dari Sungai Jali, memastikan produktivitas pertanian yang tinggi sepanjang tahun. Topografinya yang datar sangat mendukung aktivitas pertanian skala besar, khususnya untuk komoditas padi.Dari aspek demografi, data BPS mencatat jumlah penduduk Desa Mangunjayan sebanyak 3.461 jiwa. Dengan perbandingan luas wilayahnya, maka tingkat kepadatan penduduk desa ini berada di angka sekitar 1.268 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan ini tergolong sedang untuk ukuran desa di Jawa, menunjukkan masih adanya keseimbangan yang baik antara lahan permukiman dengan lahan pertanian yang sangat luas. Sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani, baik pemilik lahan, penggarap, maupun buruh tani. Sisanya bekerja di sektor UMKM, perdagangan, dan sebagian kecil merantau atau bekerja sebagai aparatur pemerintah.
Struktur Pemerintahan dan Kelembagaan Desa
Penyelenggaraan pemerintahan di Desa Mangunjayan berjalan secara terstruktur di bawah kepemimpinan seorang Kepala Desa yang dipilih secara demokratis oleh masyarakat. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Kepala Desa dibantu oleh jajaran perangkat desa yang terdiri dari Sekretaris Desa, beberapa Kepala Urusan (Kaur), dan Kepala Seksi (Kasi). Pemerintah desa bertanggung jawab atas pelayanan administrasi kependudukan, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, serta pembinaan kemasyarakatan. "Prioritas utama kami adalah memastikan infrastruktur pertanian seperti jaringan irigasi selalu dalam kondisi baik, karena ini adalah hajat hidup orang banyak. Selain itu, kami terus mendorong pemberdayaan masyarakat melalui program-program yang bersumber dari Dana Desa," ungkap salah satu aparatur desa.Sebagai lembaga legislatif di tingkat desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) memegang peranan vital sebagai mitra pemerintah desa. BPD berfungsi menampung aspirasi masyarakat, mengawasi kinerja pemerintah desa, dan bersama-sama menyusun Peraturan Desa. Di luar lembaga formal, lembaga kemasyarakatan juga sangat aktif. Kelompok-kelompok tani (poktan) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) menjadi ujung tombak dalam kemajuan sektor pertanian. Sementara itu, Tim Penggerak PKK aktif dalam program kesehatan keluarga dan pemberdayaan perempuan, dan Karang Taruna menjadi wadah bagi kegiatan kepemudaan.
Potensi Ekonomi: Pertanian sebagai Napas Kehidupan
Ekonomi Desa Mangunjayan secara fundamental digerakkan oleh sektor pertanian. Dengan lahan sawah yang sangat luas dan subur, desa ini merupakan produsen padi utama. Para petani di Mangunjayan mampu melakukan penanaman padi hingga tiga kali setahun berkat ketersediaan air irigasi yang melimpah dari Sungai Jali. Pola pertanian yang intensif ini menjadikan desa sebagai salah satu penopang utama swasembada pangan di Kabupaten Purworejo. Selain padi, di lahan-lahan tegalan atau pekarangan, warga juga menanam palawija, sayur-mayur, dan buah-buahan untuk kebutuhan subsisten maupun untuk dijual di pasar lokal.Seiring berkembangnya kesadaran akan pentingnya diversifikasi, sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga mulai tumbuh. Beberapa warga mengolah hasil pertanian menjadi produk bernilai tambah, seperti aneka makanan ringan tradisional. Usaha-usaha di bidang peternakan, seperti ternak kambing, sapi, dan unggas, juga menjadi sumber pendapatan sampingan yang penting bagi banyak keluarga. Warung kelontong dan usaha jasa skala kecil lainnya turut melengkapi roda perekonomian desa, memenuhi kebutuhan harian masyarakat setempat. Namun harus diakui bahwa pertanian masih menjadi napas utama dan primadona ekonomi di Desa Mangunjayan.
Kehidupan Sosial Budaya yang Guyub dan Rukun
Ciri yang paling menonjol dari kehidupan sosial masyarakat Desa Mangunjayan adalah semangat kebersamaan yang tinggi, yang dalam istilah Jawa dikenal sebagai guyub rukun. Ikatan kekerabatan dan ketetanggaan terjalin dengan sangat erat. Budaya gotong royong masih menjadi praktik yang hidup dan lestari, bukan hanya dalam kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan, tetapi juga dalam membantu sesama yang sedang mengadakan hajatan, membangun rumah, atau bahkan saat musim panen tiba. Solidaritas sosial ini menjadi modal utama dalam menjaga keharmonisan dan menyelesaikan berbagai persoalan di tingkat komunitas.Sebagai masyarakat agraris, tradisi dan budaya yang berkaitan dengan siklus pertanian masih sering dijumpai. Berbagai ritual selamatan (kenduri) sebagai ungkapan rasa syukur, misalnya saat akan memulai musim tanam atau setelah panen, masih dilestarikan oleh sebagian warga. Dalam hal keagamaan, mayoritas penduduknya merupakan pemeluk Islam yang taat. Masjid dan mushola menjadi pusat kegiatan ibadah dan sosial. Kegiatan seperti pengajian rutin, tahlilan, dan perayaan hari besar Islam selalu diikuti dengan antusias dan menjadi sarana penting untuk memperkuat tali silaturahmi antarwarga.
Penutup: Menjaga Warisan Agraris di Era Modern
Desa Mangunjayan adalah potret ideal sebuah desa agraris yang produktif dan harmonis. Kekuatan utamanya terletak pada sumber daya alam yang melimpah berupa lahan subur dan air, serta modal sosial yang kuat berupa semangat kebersamaan warganya. Kombinasi kedua hal ini menjadikannya sebagai desa yang tangguh dan mandiri dalam hal pangan.Tantangan ke depan bagi Desa Mangunjayan adalah bagaimana mempertahankan warisan agraris ini di tengah tantangan zaman. Regenerasi petani, adaptasi terhadap perubahan iklim, serta peningkatan nilai tambah produk pertanian menjadi agenda penting yang perlu digarap. Selain itu, mitigasi risiko bencana, khususnya potensi banjir dari Sungai Jali, juga perlu menjadi perhatian dalam perencanaan pembangunan. Dengan terus merawat alam, menjaga tradisi kebersamaan, dan membuka diri terhadap inovasi, Desa Mangunjayan memiliki prospek cerah untuk tetap menjadi lumbung pangan yang lestari dan komunitas yang sejahtera.
